Rabu, 02 Maret 2016

naskah drama final part

III

Hari berganti menjadi pagi hari,sebelum matahari terbit Andin dan Adna

melanjutkan perjalanannya dan mereka sampai di tepian sungai tak jauh dari

markas rahasia pemerintah

Andin : Lihat kita semakin dekat dengan markas mereka

Terlihat papan petunjuk arah dan tulisan “Selamat Datang di Markas Rahasia 

Kementerian”

Dalang : (ikut bergabung) Apanya yang rahasia ? Tulisan sebesar itu

Prajurit : (muncul di samping Dalang) Mengapa kalian bergaya seperti membaca

tulisan dari jauh ? Aku saja bisa menyentuhnya.

Adna : Kalian datang untuk menganggu atau membantu jalannya cerita ini ?

Dalang : hu...begitu saja marah..

Adna : Jadi kau tetap mengantar surat itu ?

Andin : (menatap lurus ke papa petunjuk ) Tentu saja,sebentar lagi kita akan sampai di

markas rahasia kementerian. Sebentar lagi akan ada tindakan untuk menuju perdamaian

yang selama ini kita cita-citakan. (menoleh menatap Adna yang berdiri tak jauh darinya)

Setengah hari perjalanan dan kita akan menyelesaikan misi kita.

Adna : Begitu ya? Berarti sebentar lagi kita akan menyelesaikan misi ini dan ada

kemungkinan perang ini selesai

Andin : Begitulah. Sekarang kita tidak usah istirahat,kita tetap teruskan perjalanan saja.

Semakin cepat semakin baik, di tempat terbuka seperti ini akan lebih mudah

mengalahkan lawan.

Adna : (tidak bergerak dari tempatnya,mencabut pedang dan mengarahkan pada Andin) 

Tidak perlu tergesa-gesa,padahal aku menyukai keadaan ini.

Andin : (terkejut) apa maksud pedangmu itu? Mengapa kau mengarahkannya

padaku?Ada apa Adna?

Adna : Tidak ada apa-apa sungguh semua baik-baik saja Andin, hanya saja selama ini

aku selalu mendengarkanmu dan sekarang aku minta supaya kamu yang mendengarkan

aku. Aku terlanjur menyukai keadaan ini,bukankah kau juga menyukainya ? Kau selalu

menanti pelajaran strategi dengan tidak sabar, kau selalu menyeretku ke dalam

bahaya,kau selalu bersemangat saat kita harus bertempur. Sekarang impianmu

terwujud,kau seharusnya senang

Andin : Kau gila Adna,apakah pikiranmu sudah kacau? Apa maksud perkataanmu ?

Adna : Aduh Andin sayang (geleng2 kepala dengan tawa ringan) apakah kau tidak sadar

juga ? Aku menyukai keadaan ini,bukankah ini keadaan yang kau nanti-nantikan ?

Bukankah sejak dulu kau selalu berkata (mengubah menjadi suara anak perempuan) 

‘Adna,coba kalau kita terjun ke pertempuran yang sesungguhnya’,atau ‘Adna tadi aku

berhasil mengalahkan kakak kelas lho.’

Andin : Tapi aku tidak bersungguh-bersungguh, ya maksudku tidak dalam arti

sesungguhnya. Bukan saat ini....ah ayolah Adna,jangan bergurau terus.

Dalang : Ck..ck...hati-hatilah jika berharap nak,karena sekecil apapun permintaanmu

kalau diucapkan sungguh-sungguh akan terkabul

Adna : Nah...nah dengarkan dalang itu,itu benar.Lagipula apa aku tampak seperti sedang

bercanda sayang ? Aku selama ini sudah berpikir kalau memang tiba saatnya kita akan

berpisah. Aku masih bertahan karena kau sahabatku, ya setidaknya aku enggan

membunuhmu saat ini.Karena itu sebaiknya kau bergabung denganku,kau akan bertemu

dengan orang yang mengetahui rahasia masa lalumu.

(Andin tampak bingung,ia masih shock mendengar pengakuan Adna,ia hanya 

berdiri diam dan sesekali ia tampak ingin melangkah maju,apalagi mendengar soal 

masa lalunya sudah membuatnya maju satu langkah)

Andin : (dengan suara gemetar,masih tidak percaya) Sejak kapan...sejak kapan kau

merencanakan semua ini ?

Adna : Sejak kau merebut kepopuleranku. Sejak kau merebut seluruh perhatian orang-

orang,merebut jabatanku dan ketika kau berhasil mengalahkanku. Aku membenci semua

hal tentangmu...tapi aku harus bersahabat denganmu atau Paul akan curiga.

Andin : (terkejut)Apa hubunganmu dengan Paul ? Tunggu apakah kau yang

membunuhnya?

Adna : (tertawa keras) Kamu lucu...dia itu memang sudah terbunuh,sudah mati. Mana

bisa dibunuh lagi....tapi memang aku yang menghancurkannya saat penyerangan di

Orlando,dia mengetahui pengkhianatanku.

Andin : (berbisik tidak percaya) Adna...kau....kenapa kau melakukan hal itu? Dia..dia

adalah sahabat kita...

Adna : (tertawa geli) Dalam peperangan hal seperti itu wajar. Semua perbuatan akan

dimaklumkan,apakah kau tidak tahu itu ? Ah...sudahlah sekarang...ayo bergabung

denganku. (mengulurkan tangan)

Andin : (mencabut pedangnya) Maaf Adna,lebih baik kau membunuhku daripada aku

berkhianat.

Terjadi pertempuran sengit dan Andin kalah,ia terkena serangan Adna. Saat 

hendak dibunuh seseorang menyelamatkannya dan mereka menghilang.

Seorang pemuda muncul di tengah panggung,tampan namun tatapannya datar 

tanpa memancarkan emosi

Dalang : Kamu ngapain di sini? Kamu gak ada giliran tampil

Pemuda (Samuel)  : Tadi di awal-awal babak namaku disebut

Dalang : Iya tapi kamu gak ada giliran

Pemuda (Samuel) : Yah...tapi aku mau main...

Dalang : Prajurit

Prajurit : Yes Dalang,wah kamu mundur dulu. Nanti ada giliran untuk maju kok.

Pemuda (Samuel) : Janji ya.

(Prajurit berhasil mendorong pemuda tersebut keluar panggung,kemudian balik ke 

panggung menemani Dalang)

Dalang : Yah...memang Andin kalah tetapi ia memilij jalan yang dianggapnya benar

walaupun harus mennghadapi orang-orang yang pernah hadir dalam hidupnya. Andin

akhirnya bergabung dengan Ryan,orang yang menyelamatkannya yang ternyata adalah

saudaranya, kemudian Shadow muncul siap membaktikan diri.

Di sisi lain Adna bergabung dengan Samuel,mantan kekasih Andin yang amnesia dan

Victor,ayah Andin.

Prajurit : Memang begini perang,keadaan yang menipu dan membuat lelah mental.

Keadaan berubah,lawan menjadi kawan,kawan menjadi lawan. Musuhmu bisa jadi

saudaramu,kekasihmu atau orang terdekatmu yang lain. Saat seperti itu kau akan

dihadapkan pada pilihan jalan....

Dalang : (memotong) intinya jangan sampai ada perang deh,jangan lama-lama nanti

penontonnya pada pulang.

Prajurit : Baiklah kalau begitu. Lalu mengenai saya, nanti saya akan tewas dalam

pertempuran

Dalang : Saya akan tewas juga kalau dikehendaki pengarang. Kami mengucapkan terima

kasih,selamat malam,ciptakan perdamaian selalu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar