III
Hari berganti menjadi pagi hari,sebelum matahari terbit Andin dan Adna
melanjutkan perjalanannya dan mereka sampai di tepian sungai tak jauh dari
markas rahasia pemerintah
Andin : Lihat kita semakin dekat dengan markas mereka
Terlihat papan petunjuk arah dan tulisan “Selamat Datang di Markas Rahasia
Kementerian”
Dalang : (ikut bergabung) Apanya yang rahasia ? Tulisan sebesar itu
Prajurit : (muncul di samping Dalang) Mengapa kalian bergaya seperti membaca
tulisan dari jauh ? Aku saja bisa menyentuhnya.
Adna : Kalian datang untuk menganggu atau membantu jalannya cerita ini ?
Dalang : hu...begitu saja marah..
Adna : Jadi kau tetap mengantar surat itu ?
Andin : (menatap lurus ke papa petunjuk ) Tentu saja,sebentar lagi kita akan sampai di
markas rahasia kementerian. Sebentar lagi akan ada tindakan untuk menuju perdamaian
yang selama ini kita cita-citakan. (menoleh menatap Adna yang berdiri tak jauh darinya)
Setengah hari perjalanan dan kita akan menyelesaikan misi kita.
Adna : Begitu ya? Berarti sebentar lagi kita akan menyelesaikan misi ini dan ada
kemungkinan perang ini selesai
Andin : Begitulah. Sekarang kita tidak usah istirahat,kita tetap teruskan perjalanan saja.
Semakin cepat semakin baik, di tempat terbuka seperti ini akan lebih mudah
mengalahkan lawan.
Adna : (tidak bergerak dari tempatnya,mencabut pedang dan mengarahkan pada Andin)
Tidak perlu tergesa-gesa,padahal aku menyukai keadaan ini.
Andin : (terkejut) apa maksud pedangmu itu? Mengapa kau mengarahkannya
padaku?Ada apa Adna?
Adna : Tidak ada apa-apa sungguh semua baik-baik saja Andin, hanya saja selama ini
aku selalu mendengarkanmu dan sekarang aku minta supaya kamu yang mendengarkan
aku. Aku terlanjur menyukai keadaan ini,bukankah kau juga menyukainya ? Kau selalu
menanti pelajaran strategi dengan tidak sabar, kau selalu menyeretku ke dalam
bahaya,kau selalu bersemangat saat kita harus bertempur. Sekarang impianmu
terwujud,kau seharusnya senang
Andin : Kau gila Adna,apakah pikiranmu sudah kacau? Apa maksud perkataanmu ?
Adna : Aduh Andin sayang (geleng2 kepala dengan tawa ringan) apakah kau tidak sadar
juga ? Aku menyukai keadaan ini,bukankah ini keadaan yang kau nanti-nantikan ?
Bukankah sejak dulu kau selalu berkata (mengubah menjadi suara anak perempuan)
‘Adna,coba kalau kita terjun ke pertempuran yang sesungguhnya’,atau ‘Adna tadi aku
berhasil mengalahkan kakak kelas lho.’
Andin : Tapi aku tidak bersungguh-bersungguh, ya maksudku tidak dalam arti
sesungguhnya. Bukan saat ini....ah ayolah Adna,jangan bergurau terus.
Dalang : Ck..ck...hati-hatilah jika berharap nak,karena sekecil apapun permintaanmu
kalau diucapkan sungguh-sungguh akan terkabul
Adna : Nah...nah dengarkan dalang itu,itu benar.Lagipula apa aku tampak seperti sedang
bercanda sayang ? Aku selama ini sudah berpikir kalau memang tiba saatnya kita akan
berpisah. Aku masih bertahan karena kau sahabatku, ya setidaknya aku enggan
membunuhmu saat ini.Karena itu sebaiknya kau bergabung denganku,kau akan bertemu
dengan orang yang mengetahui rahasia masa lalumu.
(Andin tampak bingung,ia masih shock mendengar pengakuan Adna,ia hanya
berdiri diam dan sesekali ia tampak ingin melangkah maju,apalagi mendengar soal
masa lalunya sudah membuatnya maju satu langkah)
Andin : (dengan suara gemetar,masih tidak percaya) Sejak kapan...sejak kapan kau
merencanakan semua ini ?
Adna : Sejak kau merebut kepopuleranku. Sejak kau merebut seluruh perhatian orang-
orang,merebut jabatanku dan ketika kau berhasil mengalahkanku. Aku membenci semua
hal tentangmu...tapi aku harus bersahabat denganmu atau Paul akan curiga.
Andin : (terkejut)Apa hubunganmu dengan Paul ? Tunggu apakah kau yang
membunuhnya?
Adna : (tertawa keras) Kamu lucu...dia itu memang sudah terbunuh,sudah mati. Mana
bisa dibunuh lagi....tapi memang aku yang menghancurkannya saat penyerangan di
Orlando,dia mengetahui pengkhianatanku.
Andin : (berbisik tidak percaya) Adna...kau....kenapa kau melakukan hal itu? Dia..dia
adalah sahabat kita...
Adna : (tertawa geli) Dalam peperangan hal seperti itu wajar. Semua perbuatan akan
dimaklumkan,apakah kau tidak tahu itu ? Ah...sudahlah sekarang...ayo bergabung
denganku. (mengulurkan tangan)
Andin : (mencabut pedangnya) Maaf Adna,lebih baik kau membunuhku daripada aku
berkhianat.
Terjadi pertempuran sengit dan Andin kalah,ia terkena serangan Adna. Saat
hendak dibunuh seseorang menyelamatkannya dan mereka menghilang.
Seorang pemuda muncul di tengah panggung,tampan namun tatapannya datar
tanpa memancarkan emosi
Dalang : Kamu ngapain di sini? Kamu gak ada giliran tampil
Pemuda (Samuel) : Tadi di awal-awal babak namaku disebut
Dalang : Iya tapi kamu gak ada giliran
Pemuda (Samuel) : Yah...tapi aku mau main...
Dalang : Prajurit
Prajurit : Yes Dalang,wah kamu mundur dulu. Nanti ada giliran untuk maju kok.
Pemuda (Samuel) : Janji ya.
(Prajurit berhasil mendorong pemuda tersebut keluar panggung,kemudian balik ke
panggung menemani Dalang)
Dalang : Yah...memang Andin kalah tetapi ia memilij jalan yang dianggapnya benar
walaupun harus mennghadapi orang-orang yang pernah hadir dalam hidupnya. Andin
akhirnya bergabung dengan Ryan,orang yang menyelamatkannya yang ternyata adalah
saudaranya, kemudian Shadow muncul siap membaktikan diri.
Di sisi lain Adna bergabung dengan Samuel,mantan kekasih Andin yang amnesia dan
Victor,ayah Andin.
Prajurit : Memang begini perang,keadaan yang menipu dan membuat lelah mental.
Keadaan berubah,lawan menjadi kawan,kawan menjadi lawan. Musuhmu bisa jadi
saudaramu,kekasihmu atau orang terdekatmu yang lain. Saat seperti itu kau akan
dihadapkan pada pilihan jalan....
Dalang : (memotong) intinya jangan sampai ada perang deh,jangan lama-lama nanti
penontonnya pada pulang.
Prajurit : Baiklah kalau begitu. Lalu mengenai saya, nanti saya akan tewas dalam
pertempuran
Dalang : Saya akan tewas juga kalau dikehendaki pengarang. Kami mengucapkan terima
kasih,selamat malam,ciptakan perdamaian selalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar